Blogger Jateng

Format Asesmen & Penilaian Kurikulum Merdeka [Panduan Lengkap]

Nyero.ID - Dalam era kemajuan teknologi dan perubahan yang dinamis di berbagai sektor, penting bagi sistem pendidikan untuk tetap terhubung dengan perkembangan tersebut. Di Indonesia, kita tengah memasuki era baru dengan dimulainya implementasi Kurikulum Merdeka sebagai langkah inovatif untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Dalam perjalanan perumusannya, kita menyadari bahwa penilaian bukan hanya sekadar evaluasi, tetapi juga menjadi fondasi integral yang menentukan keberhasilan suatu kurikulum. Oleh karena itu, pengembangan Kurikulum Merdeka tidak dapat dilepaskan dari peran sentral penilaian dalam membimbing dan memperkaya pengalaman belajar siswa secara menyeluruh.

Format Asesmen dan Penilaian Kurikulum Merdeka

Ketika kita membicarakan Kurikulum Merdeka, kita harus memahami bahwa pendekatan ini bukan sekadar perubahan peraturan, tetapi sebuah revolusi pendidikan. Tujuannya adalah memberikan keleluasaan pada pendidik dan siswa untuk menjelajahi pembelajaran dengan lebih kreatif dan menyeluruh. Dalam konteks ini, penilaian tidak lagi menjadi sekadar alat pengukur, tetapi sebuah pandangan holistik terhadap perkembangan siswa yang melibatkan berbagai aspek keterampilan, pengetahuan, dan sikap.

Format Penilaian Kurikulum Merdeka tidak hanya menekankan pada pemberian nilai, tetapi lebih kepada pemahaman mendalam tentang kemampuan setiap siswa. Dengan mempertimbangkan kerangka kompetensi yang lebih luas, penilaian ini mencakup aspek-aspek penting seperti kreativitas, kemampuan berpikir kritis, dan keterampilan sosial.

Komponen-Komponen Penilaian Kurikulum Merdeka

Sebagai inti dari perubahan pendidikan, Komponen-Komponen Format Penilaian dalam Kurikulum Merdeka menjadi penentu utama keberhasilan implementasinya. Berikut beberapa komponen utamanya:

1. Keterampilan Berpikir Kritis dan Analitis

Pertama-tama, Komponen Format Penilaian menyoroti keterampilan berpikir kritis dan analitis sebagai aspek esensial dalam evaluasi siswa. Dalam kurikulum ini, siswa didorong untuk tidak hanya mengingat fakta, tetapi juga mampu menganalisis, mengevaluasi, dan menyintesis informasi. Dengan demikian, penilaian tidak hanya mencakup hasil akademis, tetapi juga kemampuan siswa dalam menerapkan pengetahuan mereka secara efektif dalam situasi nyata.

2. Kreativitas dan Inovasi

Kurikulum Merdeka menempatkan kreativitas sebagai landasan penting. Oleh karena itu, penilaian juga memperhatikan kemampuan siswa dalam menghasilkan ide baru, memecahkan masalah dengan cara inovatif, dan menerapkan pemikiran kreatif dalam berbagai konteks. Penilaian kreativitas menjadi elemen penting yang mencerminkan komitmen Kurikulum Merdeka untuk menghasilkan lulusan yang tidak hanya berpengetahuan luas, tetapi juga mampu berkontribusi dalam menciptakan solusi baru.

3. Keterampilan Komunikasi Efektif

Kurikulum Merdeka memberikan penekanan khusus pada pengembangan keterampilan komunikasi siswa. Oleh karena itu, Komponen Format Penilaian mencakup evaluasi terhadap kemampuan siswa untuk menyampaikan ide dan informasi secara jelas dan efektif, baik dalam bentuk tulisan maupun lisan. Dalam dunia yang terus berubah, keterampilan komunikasi yang baik menjadi landasan bagi kesuksesan personal dan profesional.

4. Tanggung Jawab Sosial dan Etika

Elemen penting lainnya dalam Format Penilaian adalah evaluasi terhadap tanggung jawab sosial dan perilaku etis siswa. Kurikulum Merdeka berkomitmen untuk membentuk karakter siswa yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga peduli terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Oleh karena itu, penilaian mencakup aspek tanggung jawab sosial, etika, dan kepedulian terhadap nilai-nilai moral.

5. Kemampuan Kritis dalam Menggunakan Teknologi

Dalam era digital, kecakapan dalam menggunakan teknologi menjadi keterampilan yang tak terhindarkan. Komponen penilaian ini menilai sejauh mana siswa dapat memanfaatkan teknologi secara bijaksana, efektif, dan etis dalam mendukung pembelajaran dan berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari.

Prinsip-Prinsip Asesmen dalam Implementasi Kurikulum Merdeka

Kurikulum Merdeka telah menjadi tonggak penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Dalam konteks ini, peran asesmen atau penilaian menjadi krusial, mengikat erat dengan proses pembelajaran dan memberikan pandangan holistik kepada semua stakeholders. Berikut 5 Prinsip penilaian yang menjadi landasan dalam implementasi Kurikulum Merdeka:

1. Asesmen sebagai Bagian Terpadu dari Pembelajaran

Penting untuk memahami bahwa pembelajaran dan asesmen tidak dapat dipisahkan. Asesmen bukan hanya sebagai alat penilaian semata, tetapi juga menjadi bagian integral dari proses pembelajaran. Dalam konteks Kurikulum Merdeka, asesmen difokuskan pada menyediakan umpan balik holistik kepada pendidik, peserta didik, dan orang tua/wali. Dengan melibatkan peserta didik dalam penilaian diri, penilaian antarteman, refleksi diri, dan pemberian umpan balik antarteman, asesmen menjadi cerminan pembelajaran yang lebih berarti.

2. Rancangan Asesmen yang Sesuai dengan Fungsinya

Dalam pelaksanaannya, asesmen perlu dirancang sesuai dengan fungsinya. Pendidik memiliki keleluasaan dalam teknik dan waktu pelaksanaannya agar mencapai tujuan pembelajaran. Penting bagi pendidik untuk menjelaskan tujuan asesmen di awal pembelajaran, sambil memberikan klarifikasi mengenai teknik asesmen yang digunakan. Dengan menyusun rencana pembelajaran yang efektif, asesmen bukan hanya sekadar sistem penilaian, tetapi juga menjadi panduan untuk rencana tindak lanjut yang sesuai.

3. Asesmen yang Adil, Proporsional, Valid, dan Dapat Dipercaya

Integritas asesmen terletak pada desainnya yang adil, proporsional, valid, dan dapat dipercaya. Ini bukan hanya sebagai alat untuk menentukan kemajuan belajar, tetapi juga sebagai dasar untuk menyusun program pembelajaran yang sesuai. Dengan memastikan waktu dan durasi yang memadai, asesmen tidak hanya menjadi penilaian semata, melainkan bagian integral dari proses pembelajaran yang mengarah pada perbaikan kontinu.

4. Laporan yang Sederhana dan Informatif

Laporan asesmen seharusnya disajikan secara sederhana dan informatif untuk memudahkan pemahaman peserta didik dan orang tua. Laporan ini mencakup penilaian karakter dan kompetensi yang dicapai, serta strategi tindak lanjut ke depannya. Pendidik memiliki peran penting dalam memberikan umpan balik berkala kepada peserta didik dan membahas tindak lanjut bersama orang tua, menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan siswa.

5. Asesmen sebagai Bahan Refleksi

Terakhir, asesmen tidak hanya berfungsi sebagai penilaian peserta didik, tetapi juga sebagai bahan refleksi. Hasil asesmen digunakan sebagai bahan diskusi untuk mengevaluasi hal-hal yang berjalan baik dan area yang perlu diperbaiki. Dalam konteks Kurikulum Merdeka, asesmen menjadi alat refleksi yang digunakan oleh peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, dan orang tua untuk meningkatkan mutu pembelajaran secara berkesinambungan.

Jenis-Jenis Asesmen dalam Konteks Kurikulum Merdeka

Dalam menyelenggarakan pembelajaran yang efektif, rancangan modul ajar yang melibatkan perencanaan asesmen menjadi krusial. Tidak hanya sebagai alat penilaian semata, tetapi juga sebagai panduan bagi pendidik dan peserta didik dalam meningkatkan kualitas proses belajar. Dalam dunia pedagogi dan asesmen, terdapat beragam teori dan pendekatan.

Sejalan dengan Prinsip Pembelajaran dan Asesmen, asesmen dianggap sebagai aktivitas yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran. Tujuan utamanya adalah mencari bukti atau dasar pertimbangan terkait pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, jenis-jenis asesmen berikut dianggap dianjurkan dalam konteks Kurikulum Merdeka:

1. Asesmen Formatif

Asesmen formatif diarahkan untuk memberikan informasi dan umpan balik kepada pendidik dan peserta didik guna memperbaiki proses belajar. Dalam konteks ini, terdapat dua tahap asesmen formatif yang disarankan:

a. Asesmen di Awal Pembelajaran: Dilakukan untuk mengukur kesiapan peserta didik dalam memahami materi ajar dan mencapai tujuan pembelajaran. Asesmen ini lebih bersifat formatif, berfungsi sebagai panduan bagi pendidik dalam merancang pembelajaran.

b. Asesmen di Dalam Proses Pembelajaran: Berlangsung sepanjang atau di tengah proses pembelajaran untuk memantau perkembangan peserta didik dan memberikan umpan balik secara cepat. Asesmen ini tetap termasuk dalam kategori formatif, fokus pada keberhasilan proses belajar.

2. Asesmen Sumatif

Berbeda dengan asesmen formatif, asesmen sumatif dilaksanakan untuk memastikan pencapaian keseluruhan tujuan pembelajaran. Asesmen ini berperan penting pada akhir proses pembelajaran dan terlibat dalam penilaian akhir semester, akhir tahun ajaran, atau akhir jenjang.

Pilihan penggunaan kedua jenis asesmen ini bergantung pada cakupan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Keputusan ini merupakan tanggung jawab pendidik yang paham dengan kemajuan belajar peserta didik. Keleluasaan pendidik mencakup desain asesmen, waktu pelaksanaan, teknik dan instrumen yang digunakan, penentuan kriteria ketercapaian tujuan, serta pengolahan hasil asesmen. Termasuk di dalamnya adalah keputusan tentang perlunya atau tidaknya penilaian tengah semester.

Pemahaman prinsip-prinsip asesmen mengemukakan pentingnya penggunaan berbagai bentuk asesmen untuk memperkaya proses pembelajaran. Dengan demikian, hasil asesmen tidak hanya menjadi sumber penilaian, tetapi juga memberikan umpan balik yang berharga untuk perancangan pembelajaran berikutnya.

Untuk merancang dan melaksanakan pembelajaran serta asesmen sesuai arah kebijakan Kurikulum Merdeka, pemahaman lebih lanjut mengenai asesmen formatif dan sumatif menjadi kunci. Berikut ulasannya:

A. Asesmen Formatif

Asesmen formatif, sebagai suatu bentuk penilaian, memiliki peran krusial dalam merinci dan memperbaiki proses pembelajaran. Sasarannya tidak hanya sebatas pada pencapaian tujuan pembelajaran, melainkan juga mencakup identifikasi kebutuhan belajar, mengatasi hambatan, dan memantau perkembangan peserta didik.  

Penilaian formatif tidak sekadar terjadi pada satu momen, melainkan terintegrasi dalam seluruh kegiatan belajar mengajar. Sebagai contoh, pendidik dapat menerapkan asesmen formatif sepanjang tatap muka, bahkan lebih dari satu kali. Misalnya, teknik respon bersama digunakan untuk mengecek pemahaman peserta didik pada awal pembelajaran, diikuti dengan sesi pertanyaan di tengah pelajaran, dan diakhiri dengan exit slips untuk mengevaluasi pemahaman peserta didik pada akhir pelajaran.

Data hasil asesmen formatif memberikan pandangan jelas kepada pendidik mengenai bagian materi atau kompetensi yang sudah dikuasai serta area yang perlu diperbaiki. Dengan cepat, pendidik dapat mengambil tindakan, seperti mengulang pembelajaran pada materi yang belum begitu dipahami atau memperbaiki proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Hal ini menciptakan lingkungan pembelajaran yang responsif dan adaptif.

Pentingnya asesmen formatif terletak pada kemampuannya memberikan umpan balik yang berguna bagi pembelajaran. Untuk mencapai tujuan ini, beberapa prinsip perlu diperhatikan oleh pendidik dalam merancang asesmen formatif:

  • Tidak Berisiko Tinggi (Low Stake): Asesmen formatif tidak seharusnya memiliki risiko tinggi, seperti menentukan nilai rapor, kenaikan kelas, atau keputusan penting lainnya. Fokusnya adalah pada tujuan pembelajaran.
  • Beragam Teknik dan Instrumen: Asesmen formatif dapat memanfaatkan berbagai teknik dan instrumen yang mendukung peningkatan kualitas proses belajar.
  • Terpadu dengan Pembelajaran: Asesmen formatif harus terintegrasi dengan proses pembelajaran sehingga keduanya menjadi kesatuan yang saling mendukung.
  • Sederhana dan Cepat: Metode yang sederhana memastikan umpan balik hasil asesmen dapat diperoleh dengan cepat, memungkinkan adopsi perubahan segera.
  • Asesmen Diagnostik Awal: Asesmen formatif di awal pembelajaran, seperti asesmen diagnostik baik kognitif maupun non-kognitif, memberikan informasi tentang kesiapan belajar peserta didik. Hasilnya membantu penyesuaian dan modifikasi rencana pembelajaran.

Asesmen formatif memberikan manfaat ganda. Bagi peserta didik, asesmen ini memungkinkan refleksi terhadap kemajuan belajar, mengidentifikasi tantangan, dan menetapkan langkah-langkah untuk terus meningkat. Sementara itu, bagi pendidik, asesmen formatif memberikan wawasan untuk merefleksikan strategi pembelajaran, meningkatkan efektivitasnya, dan memberikan informasi tentang kebutuhan belajar individu peserta didik.

Dengan menjadikan asesmen formatif sebagai bagian integral dari modul ajar, kita dapat menghasilkan pembelajaran yang lebih bermakna dan terarah. Informasi dari asesmen formatif bukan hanya sebagai angka, melainkan sebagai umpan balik bernilai yang memandu proses pembelajaran ke arah yang lebih baik.

Asesmen formatif memainkan peran krusial dalam mengarahkan pembelajaran efektif. Pentingnya asesmen diagnostik, baik pada awal maupun selama pembelajaran, menjadi langkah strategis untuk memahami kebutuhan dan kelemahan peserta didik.  

1. Asesmen Diagnostik

Asesmen diagnostik adalah alat penilaian yang membantu mengidentifikasi kelemahan peserta didik dalam memahami materi atau mencapai kompetensi tertentu, sambil merinci penyebabnya. Hasil dari asesmen diagnostik menjadi dasar untuk menentukan tindak lanjut, seperti intervensi yang sesuai dengan kebutuhan individual peserta didik.

Pada dasarnya, asesmen diagnostik memiliki tujuan umum untuk mendiagnosis kemampuan dasar siswa dan memahami kondisi awal mereka. Asesmen diagnostik dibagi menjadi dua jenis, yaitu asesmen diagnostik non-kognitif dan kognitif, berikut tujuan dari masing-masing asesmen ini:

Non-Kognitif

Kognitif

1.       Mengetahui kesejahteraan psikologi dan sosial emosi siswa

2.       mengetahui aktivitas selama belajar di rumah

3.       Mengetahui kondisi keluarga siswa

4.       Mengetahui belakang pergaulan siswa

5.       Mengetahui gaya belajar, karakter serta minat siswa

1.       Mengidentifikasi capaian kompetensi siswa

2.       Menyesuaikan pembelajaran di kelas dengan kompetensi rata-rata siswa

3.       Memberikan kelas remedial atau pelajaran tambahan kepada siswa yang kompetensinya di bawah rata-rata

 

a. Asesmen Diagnostik Non-Kognitif

Asesmen diagnostik non-kognitif merupakan bentuk penilaian yang fokus pada aspek-aspek non-kognitif atau non-kecerdasan intelektual siswa. Berbeda dengan asesmen diagnostik kognitif yang mengevaluasi pemahaman materi dan kompetensi akademis, asesmen diagnostik non-kognitif lebih menitikberatkan pada dimensi psikologis dan sosial emosional peserta didik.

Beberapa aspek yang biasanya dievaluasi dalam asesmen diagnostik non-kognitif melibatkan:

  • Kesejahteraan Psikologis: Evaluasi tingkat kesejahteraan mental siswa dan Menilai bagaimana siswa mengatasi tekanan atau stres.
  • Sosial Emosional: Mengevaluasi hubungan sosial siswa dengan teman sekelas dan Menilai kemampuan siswa untuk mengelola emosi dan konflik.
  • Aktivitas Selama Pembelajaran di Rumah: Mengetahui bagaimana siswa menghabiskan waktu belajar di rumah dan Menilai keterlibatan siswa dalam aktivitas pembelajaran di luar sekolah.
  • Kondisi Keluarga dan Pergaulan Siswa: Menilai pengaruh kondisi keluarga terhadap pembelajaran siswa dan Mengevaluasi interaksi dan dukungan sosial dalam lingkungan keluarga.
  • Gaya Belajar, Karakter, serta Minat Siswa: Mengidentifikasi preferensi gaya belajar siswa dan Menilai karakteristik pribadi dan minat yang dapat memengaruhi pembelajaran.

Asesmen diagnostik non-kognitif dilakukan untuk memberikan gambaran holistik tentang kondisi psikologis dan sosial emosional siswa. Hasil dari asesmen ini dapat digunakan sebagai dasar untuk merancang intervensi atau pendekatan pembelajaran yang lebih sesuai dengan kebutuhan non-kecerdasan intelektual siswa.

Tahapan Asesmen Diagnostik Non-Kognitif

Persiapan:

  • Menyiapkan alat bantu berupa gambar-gambar yang mencerminkan berbagai emosi.
  • Membuat daftar pertanyaan kunci mengenai aktivitas siswa.

Pelaksanaan:

  • Minta siswa untuk mengekspresikan perasaan dan aktivitas mereka selama belajar di rumah melalui berbagai cara seperti bercerita, menulis, atau menggambar.
  • Gunakan strategi tanya jawab dengan pertanyaan yang jelas dan disertai dengan stimulus informasi.

Tindak Lanjut:

  • Identifikasi siswa dengan ekspresi emosi negatif dan lakukan diskusi tatap muka.
  • Tentukan tindak lanjut sesuai dengan hasil asesmen dan komunikasikan kepada siswa serta orang tua jika diperlukan.

Ulangi asesmen non-kognitif pada awal pembelajaran untuk memantau perubahan.

b. Asesmen Diagnostik Kognitif

Asesmen Diagnosis Kognitif merupakan alat penting dalam dunia pendidikan yang dapat dilaksanakan secara berkala, mencakup momen-momen krusial seperti awal pembelajaran, akhir penyampaian materi, dan titik-titik lain selama semester (setiap dua minggu, bulan, triwulan, atau semester). Fokus utamanya adalah mendiagnosis kemampuan dasar siswa dalam suatu mata pelajaran.

Guru memanfaatkan asesmen diagnostik kognitif untuk menyelaraskan tingkat pembelajaran dengan beragam kemampuan siswa, bukan sekadar untuk mengejar target kurikulum. Mengakui diversitas dalam kelas, di mana setiap siswa memiliki tempo belajar yang berbeda, asesmen diagnostik membantu mengidentifikasi siswa yang telah memahami materi, yang memahaminya sebagian, dan yang masih kesulitan.

Dengan pemetaan cepat melalui asesmen diagnostik, guru dapat dengan cerdas menyesuaikan materi pembelajaran agar sesuai dengan tingkat pemahaman siswa. Hal ini memastikan bahwa siswa tidak hanya mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan mereka, tetapi juga dapat meningkatkan rata-rata pemahaman kelas secara keseluruhan.

Tahapan pelaksanaan asesmen diagnostik kognitif melibatkan beberapa langkah penting:

Persiapan

  • Menyusun jadwal pelaksanaan asesmen.
  • Identifikasi materi asesmen dengan merinci kompetensi dasar sesuai pedoman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
  • Penyusunan pertanyaan-pertanyaan sederhana yang mencakup: 2 pertanyaan sesuai dengan kelasnya, menyoroti capaian pembelajaran baru, 6 pertanyaan dengan fokus pada topik satu kelas di bawah dan 2 pertanyaan yang berkaitan dengan topik dua kelas di bawah.

Pelaksanaan

Memberikan asesmen kepada seluruh siswa di kelas, termasuk yang belajar tatap muka di sekolah dan yang belajar di rumah (jika masih berlaku).

Diagnosis dan Tindak Lanjut

  • Melakukan pengolahan hasil asesmen.
  • Menilai siswa dengan kategori "Paham Utuh," "Paham Sebagian," dan "Tidak Paham."
  • Menghitung rata-rata kelas.
  • Memecah siswa menjadi tiga kelompok: Siswa dengan nilai rata-rata kelas mengikuti pembelajaran sesuai dengan fase normal, Siswa dengan nilai di bawah rata-rata mendapatkan pendampingan pada kompetensi yang belum terpenuhi dan Siswa dengan nilai di atas rata-rata mengikuti pembelajaran dengan materi pengayaan.

Evaluasi Pembelajaran Topik Sebelumnya

  • Melakukan penilaian pembelajaran pada topik yang telah diajarkan sebelum memulai topik baru.
  • Menyesuaikan pendekatan pembelajaran dengan rata-rata kemampuan siswa.

Ulangi Proses Diagnosis dan Asesmen Formatif

Melakukan asesmen formatif secara berkala dan bervariasi hingga siswa mencapai tingkat kompetensi yang diharapkan.

Dengan implementasi asesmen diagnostik kognitif yang terstruktur dan adaptif, pendidik dapat memastikan pengajaran yang lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan unik setiap siswa di kelas.

Baca Juga: Contoh Penerapan Asesmen Kognitif dan Non-Kognitif dalam Kurikulum Merdeka!

2. Teknik Asesmen Formatif

Dalam upaya mendapatkan informasi mengenai kemajuan penguasaan kompetensi peserta didik, terdapat berbagai teknik asesmen formatif yang dapat diterapkan. McCarthy (2017) mengusulkan siklus penilaian formatif yang melibatkan beragam strategi, memastikan pendidik memahami sejauh mana peserta didik telah menguasai materi. Berikut adalah beberapa teknik asesmen formatif yang efektif:

a. Observasi (Pengamatan)

Observasi dilakukan secara langsung selama proses pembelajaran untuk mengidentifikasi kemampuan yang telah atau belum dikuasai peserta didik. Instrumen-instrumen seperti Catatan Anekdot, Buku Catatan Anekdot, Kartu Catatan Anekdot, dan Label/Sticky Notes dapat digunakan. Catatan anekdot, yang mencakup waktu, tempat, dan fakta objektif, memberikan pandangan tentang kemajuan peserta didik secara umum dan individual.

b. Bertanya (Questioning)

Pendekatan ini memanfaatkan pertanyaan untuk mengevaluasi pemahaman peserta didik. Pertanyaan harus dirumuskan dengan baik, bervariasi tingkat kesulitan, dan mendorong keterlibatan proses kognitif tingkat tinggi. Dengan menyertakan pertanyaan terbuka, pendidik dapat mendapatkan gambaran yang mendalam tentang kemajuan peserta didik.

c. Diskusi

Diskusi di kelas merupakan sarana untuk menggali pemahaman peserta didik terhadap konsep-konsep pembelajaran. Melalui pertanyaan terbuka, pendidik memfasilitasi pembelajaran kolaboratif, memperluas wawasan peserta didik, dan menangkap informasi melalui catatan anekdot.

d. Admits/Exit Slips

Admits Slips, dilakukan sebelum pembelajaran dimulai, dan Exit Slips, dilakukan setelah pelajaran berakhir, memberikan wawasan cepat mengenai apa yang sudah diketahui dan dipelajari peserta didik. Ini membantu mengaktifkan pengetahuan awal peserta didik dan mengukur pemahaman terhadap konsep inti.

e. Lembar Refleksi

Lembar refleksi memungkinkan peserta didik mencatat proses belajar, pencapaian, dan pertanyaan yang perlu dijawab. Pendidik membaca refleksi untuk memberikan umpan balik dan menyempurnakan proses pembelajaran, menciptakan hubungan yang efektif antara guru dan peserta didik.

f. Penilaian Diri dan Penilaian Antarteman (Self- dan Peer-Assessment)

Peserta didik dievaluasi oleh diri sendiri atau teman sekelas, memberikan perspektif unik terhadap kemajuan belajar mereka. Pendidik menggunakan hasil penilaian ini untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan peserta didik.

g. Kuis Konstruktif

Kuis konstruktif, diberikan selama pembelajaran, tidak hanya memberikan umpan balik segera, tetapi juga membantu peserta didik merefleksikan penguasaan mereka atas kompetensi yang dipelajari.

h. Penugasan

Asesmen formatif melalui penugasan memberikan tugas kepada peserta didik, baik individu maupun kelompok. Hasilnya memungkinkan pendidik memberikan umpan balik yang sesuai dan merancang pembelajaran yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran.

i. Daftar Cek

Daftar cek kelas membantu pendidik melacak keterampilan yang dikuasai peserta didik selama suatu bab pembelajaran. Pemberian tanda centang pada keterampilan yang ditunjukkan oleh peserta didik memungkinkan pemantauan kemajuan secara visual.

j. Pertanyaan dengan Jawaban Terbuka

Pertanyaan dengan jawaban terbuka mendorong pemikiran mendalam peserta didik dan memberikan pendidik wawasan tentang perkembangan capaian belajar.

Dengan beragam teknik ini, pendidik dapat merancang asesmen formatif yang lebih bervariasi, memberikan umpan balik yang efektif, dan memastikan perkembangan optimal dalam penguasaan kompetensi peserta didik.

3. Contoh dan Strategi Pelaksanaan Asesmen Formatif

Dalam melaksanakan asesmen formatif, pendidik dapat memanfaatkan berbagai strategi yang tidak hanya mendukung pemahaman peserta didik tetapi juga memberikan umpan balik yang berharga. Berikut adalah beberapa contoh pelaksanaan asesmen formatif yang efektif:

Pertanyaan Tatap Muka: Pada awal kegiatan tatap muka, pendidik dapat memulai dengan memberikan pertanyaan terkait konsep atau topik yang telah dipelajari sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk mengaktifkan pengetahuan sebelumnya dan membangun koneksi dengan materi yang akan diajarkan.

Refleksi Akhir Kelas: Seiring berakhirnya pembelajaran, peserta didik diminta untuk merefleksikan konsep baru yang mereka pelajari. Mereka menuliskan 3 hal yang telah dipahami, 2 hal yang ingin dipelajari lebih mendalam, dan 1 hal yang masih belum mereka pahami. Proses ini mendorong pemikiran kritis dan penguasaan materi secara holistik.

Kegiatan Percobaan dan Diskusi: Setelah melakukan percobaan, kegiatan ini diikuti dengan diskusi tentang proses dan hasil percobaan. Pendidik memberikan umpan balik langsung terhadap pemahaman peserta didik, memastikan bahwa mereka tidak hanya tahu hasilnya tetapi juga memahami konsep di balik eksperimen.

Pertanyaan Tertulis dan Penilaian Diri: Pendidik memberikan pertanyaan tertulis kepada peserta didik. Setelah menjawab pertanyaan, peserta didik diberikan kunci jawaban untuk melakukan penilaian diri. Ini tidak hanya mengukur pemahaman peserta didik tetapi juga memberikan kesempatan untuk evaluasi diri.

Aktivitas Menjelaskan Konsep: Peserta didik diminta untuk menjelaskan konsep yang baru dipelajari secara lisan atau tertulis, misalnya dengan menulis surat kepada teman. Aktivitas ini tidak hanya menguji pemahaman mereka tetapi juga melibatkan mereka dalam proses berpikir kreatif untuk menyampaikan informasi dengan cara yang bermanfaat.

Observasi Perkembangan Anak pada PAUD: Pada tingkat PAUD, asesmen formatif dapat dilakukan melalui observasi terhadap perkembangan anak saat bermain-belajar. Pendekatan ini memungkinkan pendidik untuk memahami secara holistik kemajuan anak dalam berbagai aspek perkembangan.

Asesmen Diagnostik pada Pendidikan Khusus: Pada pendidikan khusus, asesmen diagnostik digunakan untuk menentukan fase peserta didik. Sebagai contoh, hasil asesmen diagnostik dapat mengarahkan pembelajaran peserta didik pada fase tertentu, memastikan bahwa pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik individual.

Dengan menerapkan berbagai contoh tersebut, pendidik dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang dinamis dan responsif, memastikan bahwa asesmen formatif tidak hanya mengukur, tetapi juga memandu proses pembelajaran secara efektif.

B. Asesmen Sumatif

Asesmen sumatif di tingkat pendidikan dasar dan menengah memiliki tujuan utama untuk menilai pencapaian tujuan pembelajaran dan CP peserta didik. Hasil asesmen ini menjadi dasar penentuan kenaikan kelas atau kelulusan. Namun, pada pendidikan anak usia dini, fokusnya berbeda, lebih kepada mengetahui capaian perkembangan anak, tanpa tujuan penentuan kenaikan kelas atau kelulusan.

Asesmen sumatif berbentuk laporan hasil belajar yang mencakup pencapaian pembelajaran dan informasi mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak. Fungsinya mencakup pengukuran pencapaian hasil belajar, pembandingan dengan kriteria capaian, dan membantu menentukan kelanjutan proses belajar di jenjang berikutnya.

Pelaksanaan asesmen sumatif dapat dilakukan pada berbagai waktu, seperti akhir satu materi, akhir semester, atau akhir fase. Pilihan waktu ini memberikan fleksibilitas kepada pendidik, dengan mempertimbangkan kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Instrumen asesmen tidak hanya terbatas pada tes tertulis, melainkan mencakup observasi, performa, dan bentuk-bentuk kreatif lainnya.

Langkah Penting dalam Merencanakan Asesmen Sumatif

Dalam merencanakan asesmen, pendidik memainkan peran kunci. Bagi yang menggunakan modul ajar, perencanaan mungkin tidak diperlukan, tetapi bagi yang mengembangkan sendiri rencana pembelajaran, merencanakan asesmen formatif menjadi langkah penting.

Langkah pertama adalah merumuskan tujuan asesmen yang berkaitan erat dengan tujuan pembelajaran. Setelah itu, pemilihan atau pengembangan instrumen asesmen menjadi tahap berikutnya. Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan mencakup karakteristik peserta didik, kesesuaian instrumen dengan rencana pembelajaran, dan kemudahan penggunaan instrumen untuk memberikan umpan balik.

Contoh instrumen asesmen yang dapat diadaptasi oleh pendidik meliputi:

  • Rubrik: Pedoman untuk menilai kinerja peserta didik dengan kriteria yang dibuat secara bertingkat.
  • Ceklis: Daftar informasi, ciri-ciri, atau elemen yang dituju.
  • Catatan Anekdotal: Catatan singkat hasil observasi yang fokus pada perilaku menonjol.
  • Grafik Perkembangan: Infografik yang menggambarkan tahap perkembangan belajar.

Teknik asesmen yang beragam, seperti observasi, kinerja, projek, tes tertulis, tes lisan, penugasan, dan portofolio, dapat dikembangkan sesuai kebutuhan. Di jenjang PAUD, penekanan pada pengamatan autentik tanpa tes tertulis. Pendidikan khusus membutuhkan asesmen yang beragam, tergantung pada kebutuhan individual, sedangkan di SMK, ada asesmen khusus seperti PKL, Uji Kompetensi Kejuruan, dan Ujian Unit Kompetensi.

Baca Juga:

  1. Contoh Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi di dalam Kelas
  2. Perangkat Pembelajaran Kurikulum Merdeka yang Harus Dimiliki Guru
  3. 4 Tema Pembelajaran Jenjang PAUD Beserta Contohnya

Dengan merencanakan asesmen secara cermat, pendidik dapat menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih efektif dan responsif terhadap kebutuhan peserta didik, menciptakan lingkungan pendidikan yang dinamis dan sukses.

Muh. Akbar
Muh. Akbar "Live with an attitude of gratitude for the experiences that shape you, and learn with an insatiable hunger for understanding the world and your place in it."