Contoh Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi di dalam Kelas!

Daftar Isi

Nyero.ID - Pendidikan memiliki peran yang krusial dalam membentuk generasi yang unggul dan mampu menghadapi tantangan zaman. 

Dalam menghadapi era kurikulum merdeka, kita dihadapkan pada sebuah permasalahan yang esensial: bagaimana menyelaraskan kebebasan kurikulum dengan kebutuhan peserta didik secara individual?

Hal ini menjadi semakin relevan dengan pemahaman bahwa setiap individu memiliki gaya belajar yang berbeda. 

Oleh karena itu, latar belakang pentingnya menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dalam kurikulum merdeka menjadi sebuah keharusan untuk memastikan bahwa setiap siswa dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi dan minatnya.

Kurikulum merdeka, sebagai inovasi dalam dunia pendidikan, membawa konsep kebebasan yang lebih luas dalam menentukan materi pembelajaran. 

Namun, di tengah kebebasan tersebut, muncul dilema tentang bagaimana mengakomodasi perbedaan individual antara siswa. 

Inilah inti dari permasalahan yang perlu kita selesaikan. 

Bagaimana menciptakan kurikulum yang merdeka tanpa kehilangan keberagaman dan kebutuhan individual setiap siswa?

Contoh Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi di dalam Kelas

Pentingnya pembelajaran berdiferensiasi muncul sebagai solusi bijak dalam mengatasi permasalahan tersebut. 

Pembelajaran berdiferensiasi tidak hanya mengakui keberagaman mereka, melainkan juga ikut serta memfasilitasi keragaman tersebut. 

Dengan memberikan pendekatan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa, pembelajaran berdiferensiasi menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan memperkuat esensi dari kurikulum merdeka. 

Artinya, setiap siswa diberikan kesempatan untuk berkembang sesuai dengan potensi uniknya.

Apa itu Pembelajaran Berdiferensiasi?

Pembelajaran berdiferensiasi adalah suatu pendekatan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, gaya belajar, minat, dan tingkat kemampuan yang beragam di antara siswa. 

Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih relevan dan bermakna bagi setiap individu dalam kelas, mengakui keunikan dan keberagaman mereka.

Berikut beberapa pandangan ahli pendidikan terkait pengertian pembelajaran berdiferensiasi:

1. Carol Ann Tomlinson

Menurut Carol Ann Tomlinson pembelajaran berdiferensiasi adalah suatu pendekatan yang menyesuaikan instruksi, pengayaan, dan penilaian dengan kebutuhan dan karakteristik individual siswa.

Ini melibatkan memberikan materi yang tepat, pada tingkat kesulitan yang sesuai, dan dengan metode yang sesuai dengan gaya belajar masing-masing siswa.

2. Howard Gardner

Howard Gardner, yang dikenal dengan teori kecerdasan majemuk, mendukung konsep pembelajaran berdiferensiasi dengan menekankan bahwa setiap siswa memiliki kecerdasan yang unik. 

Pembelajaran harus dirancang untuk mendukung berbagai jenis kecerdasan yang dimiliki siswa.

3. Grace Meo

Grace Meo, seorang ahli pendidikan dan pengembang konsep Peta Belajar (Learning Maps), menekankan pentingnya mengakui perbedaan dalam gaya belajar dan menyesuaikan metode pengajaran untuk memenuhi kebutuhan individu siswa.

4. Benjamin S. Bloom

Benjamin S. Bloom, yang terkenal dengan Taksonomi Bloom, mendukung pendekatan pembelajaran berdiferensiasi dengan menekankan perbedaan dalam tingkat pemahaman dan keterampilan siswa.

Bloom menyatakan bahwa guru harus mengidentifikasi dan mengakui perbedaan ini dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.

Secara umum, pengertian pembelajaran berdiferensiasi menurut ahli pendidikan di atas menyoroti pentingnya menghormati dan merespons keberagaman siswa dalam proses pembelajaran. \

Dengan mengakui bahwa setiap siswa adalah individu yang unik, pembelajaran berdiferensiasi bertujuan untuk memberikan kesempatan yang setara bagi semua siswa untuk mencapai potensi mereka dengan cara yang paling efektif bagi mereka.

Dengan mengidentifikasi keunikan dan kebutuhan setiap siswa, guru dapat merancang pengalaman pembelajaran yang lebih relevan dan bermakna. 

Selain itu, tujuan lainnya adalah meningkatkan partisipasi dan pemahaman siswa, memotivasi mereka untuk menggali potensi maksimal mereka, serta menciptakan suasana di kelas yang mempromosikan keberagaman sebagai aset positif.

Ciri-ciri Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi memiliki beberapa ciri khas yang membedakannya dari pendekatan pembelajaran konvensional. Berikut adalah beberapa ciri-ciri pembelajaran berdiferensiasi:

1. Penyesuaian Terhadap Keberagaman Siswa

Dalam model pembelajaran ini, guru dituntut untuk memahami dan mengakui keberagaman siswa dalam hal gaya belajar, tingkat kemampuan, minat, dan kecepatan belajar. 

Pemahaman ini akan berimplikasi kepada materi, metode, dan penilaian yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat pemahaman masing-masing siswa.

2. Penggunaan Strategi Pengajaran Variatif

Ciri khas kedua adalah guru tidak bertumpu pada metode satu pengajaran saja, namun guru dapat menggunakan berbagai macam strategi pembelajaran untuk menyajikan materi di kelas.

Seperti metode pembelajaran kooperatif, proyek-proyek berbasis inkuiri, diskusi kelompok kecil, dan penggunaan teknologi pendidikan.

3. Pemberian Pilihan dan Fleksibilitas

Pada implementasinya, siswa diberi kebebasan dalam memilih materi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mereka.

Karena fleksibilitas dalam menyelesaikan tugas dan proyek, memungkinkan siswa untuk mengikuti jalur pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar mereka.

4. Asesmen yang Beragam

Salah satu ciri khas utama dari pembelajaran ini yaitu asesmen tidak hanya terbatas pada tes tertulis, tetapi juga mencakup berbagai bentuk evaluasi seperti proyek, presentasi, dan portofolio. 

Asesmen difokuskan pada pemahaman konsep dan penerapan pengetahuan, bukan hanya mengukur kemampuan mengingat informasi.

5. Pemahaman Mendalam Tentang Siswa

Ciri khas selanjutnya yaitu guru memiliki pemahaman mendalam tentang kebutuhan, minat, dan tingkat kemampuan setiap siswa. 

Selain itu, dibutuhkan Interaksi antara guru dan siswa bersifat inklusif, dan guru secara terus-menerus mengumpulkan informasi untuk memahami perkembangan siswa.

6. Fasilitasi Lingkungan Belajar yang Inklusif

Guru diharuskan menciptakan lingkungan kelas yang mendukung keberagaman dan mendorong kolaborasi antar siswa.

Lalu, Siswa akan merasa dihargai dan didukung dalam mengembangkan potensi mereka.

7. Pembelajaran Kolaboratif

Siswa diminta untuk bekerja sama dalam kelompok dengan anggota yang memiliki tingkat kemampuan atau pengetahuan yang berbeda. 

Karena pembelajaran kolaboratif memungkinkan pertukaran ide dan dukungan antar siswa.

8. Evaluasi Berkelanjutan

Evaluasi berkelanjutan harus dilakukan selama proses pembelajaran. 

Guru harus responsif terhadap kebutuhan siswa, sehingga dapat memodifikasi rencana pembelajaran sesuai dengan perkembangan mereka.

Ciri-ciri di atas memberikan dasar untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih responsif dan inklusif, yang dapat memaksimalkan potensi setiap siswa.

Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi Jenjang SD, SMP & SMA

Implementasi pembelajaran berdiferensiasi bukan sekadar strategi, melainkan sebuah filosofi pendidikan yang menempatkan setiap siswa sebagai individu unik dengan potensi dan kebutuhan yang berbeda. 

Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Implementasi pembelajaran berdiferensiasi di jenjang SD, SMP dan SMA:

1. Strategi dan Metode Pembelajaran Berdiferensiasi

Penerapan pembelajaran berdiferensiasi memerlukan pemahaman mendalam tentang strategi dan metode yang dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan beragam peserta didik. 

Salah satu strategi yang efektif adalah tiered assignments, di mana guru memberikan tugas dengan tingkat kesulitan yang bervariasi sesuai dengan kemampuan siswa.

Dengan pendekatan ini, setiap siswa dapat berkembang pada tingkatnya sendiri. 

Selain itu, penggunaan flexible grouping atau pembagian kelompok yang dapat berubah sesuai dengan kebutuhan dan gaya belajar masing-masing siswa juga menjadi kunci utama dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi.

2. Penyesuaian Kurikulum dengan Kebutuhan Peserta Didik

Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan dalam menentukan materi pembelajaran, tapi penyesuaian dengan kebutuhan siswa tetap penting. (baca: Struktur Kurikulum Merdeka). 

Untuk itu, guru perlu memahami gaya belajar, minat, dan kemampuan siswa untuk menyesuaikan kurikulum. Dengan melibatkan siswa dalam menetapkan tujuan pembelajaran pribadi, guru dapat membuat kurikulum yang lebih relevan dan bermakna bagi setiap individu.

3. Peran Guru dalam Menerapkan Pembelajaran Berdiferensiasi

Peran guru sangat penting dalam membuat pembelajaran berdiferensiasi berhasil. Mereka tidak hanya mengajar, tetapi juga mempelajari karakteristik setiap siswa dengan cermat. 

Dengan terus-menerus mengevaluasi kemajuan siswa, guru dapat mengetahui apa yang dibutuhkan setiap siswa dan mengubah cara mengajar mereka sesuai dengan kebutuhan.

Selain itu, komunikasi terbuka antara guru, siswa, dan orang tua adalah hal yang tidak boleh dilupakan.

Guru bisa melibatkan orang tua dalam proses pembelajaran, mendengarkan masukan mereka, dan memastikan bahwa apa yang diajarkan di sekolah juga didukung di rumah.

Pembelajaran berdiferensiasi bukan lagi hanya sebuah konsep yang diinginkan, tetapi bisa menjadi kenyataan yang memberikan pengalaman belajar yang memuaskan dan bermanfaat bagi setiap siswa.

Ini dapat terjadi melalui implementasi strategi dan metode pembelajaran yang tepat, penyesuaian kurikulum yang bijaksana, dan peran guru yang aktif. 

Dengan pendekatan ini, setiap siswa dapat mendapatkan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi mereka, sehingga menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan bermanfaat bagi semua.

Contoh Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi di dalam Kelas

Agar dapat mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi di dalam kelas, sejumlah langkah perlu diambil oleh guru. Tahapan tersebut melibatkan beberapa hal berikut:

1. Pemetaan Kebutuhan Belajar

Guru perlu melakukan pemetaan kebutuhan belajar siswa berdasarkan tiga aspek utama, yakni kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar murid. 

Pemetaan ini dapat dilakukan melalui berbagai metode seperti wawancara, observasi, atau penggunaan survei dengan menggunakan angket. 

Data yang akurat diperoleh dari murid, orang tua/wali, atau lingkungan sekitar.

2. Perencanaan Pembelajaran Berdiferensiasi

Setelah pemetaan dilakukan, guru kemudian merencanakan pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan hasil evaluasi tersebut. 

Ini mencakup memberikan berbagai pilihan baik dari segi strategi, materi, maupun cara belajar untuk memenuhi kebutuhan beragam siswa.

3. Evaluasi dan Refleksi

Langkah terakhir melibatkan evaluasi dan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung. 

Dengan melakukan evaluasi secara terus-menerus, guru dapat menyesuaikan dan meningkatkan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi.

Pemetaan kebutuhan belajar dianggap sebagai kunci utama dalam menentukan langkah-langkah selanjutnya. 

Jika hasil pemetaan tidak akurat, maka perencanaan dan tindakan pembelajaran berdiferensiasi menjadi kurang tepat.

Seorang guru harus menciptakan lingkungan yang memfasilitasi pemetaan kebutuhan belajar murid dengan akurat, melibatkan data dari berbagai sumber, termasuk siswa, orang tua/wali, dan lingkungan sekitar.

Dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi, terdapat tiga strategi utama, yaitu: 

  • Diferensiasi Konten: Menyesuaikan materi pelajaran dengan kesiapan, minat, dan profil belajar siswa.
  • Diferensiasi Proses: Menyajikan materi pelajaran melalui berbagai metode atau kegiatan yang sesuai dengan gaya belajar siswa.
  • Diferensiasi Produk: Memungkinkan siswa mengekspresikan hasil pembelajaran mereka melalui berbagai produk atau unjuk kerja.

A. Contoh Diferensiasi Konten dalam Pembelajaran di Kelas

Diferensiasi konten dalam pembelajaran mengacu pada penyesuaian materi pelajaran dengan mempertimbangkan berbagai tingkat kesiapan, minat, dan profil belajar siswa. 

Tujuannya adalah memberikan pendekatan yang sesuai agar setiap siswa dapat memahami dan menguasai materi pelajaran. 

Berikut adalah contoh penerapan diferensiasi konten dalam pembelajaran di kelas:

1. Tingkat Kesulitan yang Berbeda

Guru menyediakan berbagai tingkat kesulitan dalam materi yang diajarkan. 

Misalnya, siswa yang lebih mahir dapat diberikan materi ekstra atau tugas tambahan yang lebih kompleks, sementara siswa dengan tingkat kesiapan yang lebih rendah mungkin mendapatkan materi yang disederhanakan.

2. Dari Berbagai Sumber

Guru menyediakan materi dari berbagai sumber, seperti buku teks, artikel, video, atau sumber daring.

Hal ini memungkinkan siswa untuk memilih sumber yang paling sesuai dengan gaya belajar mereka dan tingkat pemahaman.

3. Aktivitas Praktis dan Visualisasi

Untuk siswa yang belajar lebih baik melalui aktivitas praktis, guru menyelipkan kegiatan praktik seperti eksperimen, proyek, atau simulasi. 

Di sisi lain, siswa yang lebih responsif terhadap visualisasi dapat diberikan materi yang disertai dengan gambar, grafik, diagram, atau video.

4. Pilihan Tugas

Guru memberikan pilihan tugas kepada siswa berdasarkan minat dan preferensi mereka. 

Misalnya, dalam pelajaran menulis, siswa dapat memilih antara menulis esai, membuat cerita pendek, atau mengembangkan presentasi.

5. Proyek Berbasis Kepentingan

Guru memungkinkan siswa untuk memilih proyek berbasis pada minat pribadi mereka. 

Ini dapat mencakup penelitian mandiri, presentasi, atau proyek kolaboratif yang memungkinkan siswa mengeksplorasi topik yang mereka temukan menarik.

6. Adaptasi Materi Teks

Guru dapat mengadaptasi materi teks dengan menyajikan informasi yang sama melalui format yang berbeda, seperti rekaman suara, audiobook, atau ringkasan visual.

Ini membantu siswa dengan gaya belajar yang berbeda untuk memahami materi.

7. Ekstensi Materi

Siswa yang menunjukkan pemahaman tinggi dapat diberikan materi ekstensi yang menantang, memperdalam pemahaman mereka atau mengeksplorasi topik yang lebih lanjut.

Penerapan diferensiasi konten membutuhkan pemahaman guru terhadap kebutuhan dan karakteristik siswa. 

Dengan memberikan variasi dalam penyajian materi, guru dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung perkembangan individual siswa. 

Pendekatan ini memastikan bahwa setiap siswa dapat belajar dengan cara yang paling efektif sesuai dengan tingkat kesiapannya masing-masing.

B. Contoh Diferensiasi Proses dalam Pembelajaran di kelas

Diferensiasi proses dalam pembelajaran mengacu pada pendekatan yang memungkinkan siswa memahami atau memaknai materi pelajaran melalui berbagai metode atau kegiatan. 

Tujuannya adalah mengakomodasi gaya belajar beragam dan memastikan bahwa setiap siswa memiliki akses ke strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka. 

Berikut adalah contoh penerapan diferensiasi proses dalam pembelajaran di kelas:

1. Kegiatan Berjenjang

Guru menyusun kegiatan pembelajaran yang memiliki tingkat kesulitan yang berjenjang. 

Siswa dengan kemampuan yang lebih tinggi dapat menyelesaikan tugas yang lebih menantang, sementara siswa lain dapat bekerja pada tingkat kesulitan yang sesuai dengan kesiapannya.

2. Pertanyaan Pemandu atau Tantangan

Guru menyajikan pertanyaan pemandu atau tantangan yang mengarahkan siswa untuk berpikir lebih mendalam. 

Pertanyaan ini dapat dirancang untuk memotivasi siswa yang lebih pintar dan mendorong mereka untuk menjelajahi konsep lebih lanjut.

3. Agenda Individual untuk Siswa

Guru menyusun agenda individu untuk setiap siswa dengan daftar tugas atau kegiatan yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan minat masing-masing. 

Ini memungkinkan siswa untuk bekerja pada kecepatan dan kemampuan mereka yang berbeda.

4. Variasi Lama Waktu untuk Menyelesaikan Tugas

Siswa diberikan fleksibilitas dalam menentukan berapa lama waktu yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan tugas. 

Beberapa siswa mungkin memerlukan lebih banyak waktu untuk memahami materi secara mendalam, sementara yang lain dapat menyelesaikannya lebih cepat.

5. Pilihan Kegiatan

Guru memberikan pilihan kegiatan kepada siswa. 

Misalnya, dalam mempelajari suatu konsep, siswa dapat memilih antara membaca teks, menonton video, atau berpartisipasi dalam diskusi kelompok, sesuai dengan preferensi belajar mereka.

6. Kelompok Berbasis Minat

Siswa dikelompokkan berdasarkan minat mereka. 

Setiap kelompok mungkin mendekati materi pelajaran melalui sudut pandang yang berbeda, memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi topik dengan cara yang sesuai dengan minat mereka.

7. Kegiatan Bervariasi

Guru menghadirkan berbagai jenis kegiatan pembelajaran, termasuk diskusi kelompok, eksperimen praktis, penugasan proyek, atau penggunaan teknologi. 

Hal ini memastikan bahwa siswa dapat memilih cara pembelajaran yang paling sesuai dengan gaya belajar mereka.

Dengan menerapkan diferensiasi proses, guru dapat mengakomodasi keberagaman gaya belajar dan tingkat kesiapan siswa. 

Pendekatan ini memastikan bahwa pembelajaran tidak hanya bervariasi dalam konten, tetapi juga dalam cara materi tersebut disajikan dan dipahami oleh siswa.

C. Contoh Diferensiasi Produk dalam Pembelajaran di Kelas

Diferensiasi produk dalam pembelajaran merujuk pada memberikan siswa kesempatan untuk mengekspresikan pemahaman mereka melalui berbagai hasil atau unjuk kerja. 

Tujuannya adalah memungkinkan setiap siswa menunjukkan apa yang telah mereka pelajari dengan cara yang sesuai dengan apa yang mereka minati. 

Berikut adalah contoh penerapan diferensiasi produk dalam pembelajaran di kelas:

1. Keragaman dalam Tugas

Guru memberikan tugas dengan tingkat kesulitan yang bervariasi, memberikan tantangan lebih kepada siswa yang lebih mampu dan memastikan adanya keragaman dalam cara siswa menyelesaikan tugas.

2. Pilihan Format

Siswa diberi kebebasan untuk memilih format ekspresi mereka. Sebagai contoh, dalam proyek penulisan, siswa dapat memilih antara menulis esai, membuat puisi, atau menyusun skenario.

3. Pertunjukan atau Presentasi

Guru memberikan siswa kesempatan untuk menyajikan hasil pembelajaran mereka melalui pertunjukan atau presentasi lisan. 

Hal ini dapat menguntungkan siswa yang memiliki kemampuan komunikasi verbal yang baik.

4. Proyek Kolaboratif

Siswa bekerja sama dalam proyek kelompok di mana masing-masing anggota kelompok memiliki tanggung jawab dan kontribusi unik. 

Ini memungkinkan siswa mengekspresikan pemahaman mereka melalui kerjasama dan berbagi ide.

5. Tugas Kreatif

Siswa diberi tugas kreatif yang memungkinkan mereka mengekspresikan pemahaman mereka secara artistik. 

Contohnya, membuat poster, diorama, atau karya seni yang mencerminkan konsep pembelajaran.

6. Portfolio

Siswa membuat portfolio yang mencakup berbagai produk dan proyek yang telah mereka selesaikan selama suatu periode pembelajaran. 

Portfolio ini mencerminkan kemajuan dan keragaman hasil karya siswa.

7. Pemilihan Topik Proyek

Siswa diberi kebebasan untuk memilih topik proyek yang sesuai dengan minat mereka. 

Misalnya, dalam proyek penelitian, siswa dapat memilih topik yang sangat mereka minati.

8. Variasi Media Ekspresi

Guru menyediakan pilihan berbagai media ekspresi, seperti gambar, video, rekaman suara, atau blog. Siswa dapat memilih media yang paling sesuai dengan kekuatan dan preferensi mereka.

Tantangan Utama dalam Pembelajaran Berdefernsiasi

Pembelajaran berdiferensiasi, meskipun menjadi kunci keberhasilan dalam menghadapi keberagaman siswa, namun tidak luput dari kelemahan. 

Dalam menjalankan konsep ini, guru dihadapkan pada berbagai hambatan yang perlu diatasi agar pendekatan ini dapat memberikan dampak positif.  

Tantangan pertama adalah kesulitan dalam mengelola waktu dan sumber daya. 

Dengan siswa yang memiliki tingkat kemampuan yang beragam, menyusun dan menyajikan materi yang sesuai dengan setiap siswa memerlukan perencanaan waktu yang matang.

Tantangan lainnya adalah menciptakan lingkungan yang inklusif tanpa meninggalkan siswa yang memiliki kebutuhan khusus. 

Hal ini memerlukan pemahaman mendalam terhadap setiap siswa dan implementasi strategi yang dapat mendukung keberagaman tersebut.

Salah satu solusi yang bisa kita maksimalkan adalah penggunaan teknologi pendidikan. 

Dengan memanfaatkan aplikasi dan alat pembelajaran online, guru dapat menyediakan materi yang dapat diakses secara mandiri oleh setiap siswa sesuai dengan kebutuhan mereka. 

Hal ini tidak hanya mengoptimalkan waktu belajar, tetapi juga memberikan fleksibilitas dalam menyajikan informasi dengan cara yang paling sesuai untuk setiap siswa.

Selain itu, kolaborasi antar-guru dan pihak sekolah juga menjadi kunci keberhasilan pembelajaran ini. 

Dengan berbagi pengalaman dan strategi yang efektif, guru dapat saling mendukung dalam mengatasi hambatan yang muncul. 

Pihak sekolah dapat memberikan dukungan dalam bentuk pelatihan dan sumber daya tambahan untuk memastikan setiap guru terampil dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi.

Menyediakan ruang untuk umpan balik dari siswa juga menjadi solusi yang relevan. 

Dengan menggali pendapat siswa tentang pengalaman belajar mereka, guru dapat mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki dan menyesuaikan pendekatan mereka sesuai dengan kebutuhan siswa.

Dengan menggali tantangan dan menawarkan solusi konkret, menerapkan pembelajaran berdiferensiasi tidak hanya menjadi ide yang baik, tetapi juga dapat diwujudkan dengan efektif. 

Dengan upaya kolektif dari guru, pihak sekolah, dan penggunaan teknologi, kita dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang merangsang, inklusif, dan memaksimalkan potensi setiap siswa.

Baca Juga: 10 Metode Pembelajaran Kurikulum Merdeka untuk Keterampilan Abad 21!

Melalui penerapan pembelajaran berdiferensiasi dalam kurikulum merdeka, kita bukan hanya menciptakan siswa yang berpengetahuan, tetapi juga individu yang memiliki keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk sukses dalam masyarakat yang terus berkembang. 

Dengan memberikan setiap siswa peluang untuk bersinar sesuai dengan keunikan mereka, kita membuka pintu menuju masa depan pendidikan yang inklusif, adil, dan membawa perubahan positif.

Muh. Akbar
Muh. Akbar "Live with an attitude of gratitude for the experiences that shape you, and learn with an insatiable hunger for understanding the world and your place in it."