Cara Merumuskan Tujuan Pembelajaran Kurikulum Merdeka

Daftar Isi

Nyero.ID - Dalam kurikulum merdeka, memahami Capaian Pembelajaran (CP) bukanlah akhir dari rangkaian upaya implementasi, melainkan awal dari pembangunan pondasi ilmu bagi peserta didik. Setelah memahami CP, pendidik memasuki tahap kritis dalam menyusun rencana pembelajaran yang efektif. Tahapan ini tidak hanya melibatkan pemikiran kreatif, tetapi juga merumuskan tujuan pembelajaran yang menjadi landasan utama bagi pencapaian CP pada akhir suatu fase.

Pendekatan ini mengharuskan pendidik untuk mengolah ide-ide yang terkumpul, mengidentifikasi kata-kata kunci yang relevan, dan menyusunnya menjadi tujuan-tujuan pembelajaran yang dapat dicapai dalam satu atau lebih jam pelajaran. Tujuan-tujuan ini merupakan titik tolak bagi peserta didik untuk mengembangkan pemahaman mendalam tentang materi pelajaran yang diajarkan.

Penting untuk dicatat bahwa pada tahap ini, pendidik belum mengurutkan tujuan-tujuan tersebut. Fokus utama adalah merancang tujuan-tujuan belajar yang bersifat operasional dan konkret. Pemilihan kata-kata kunci yang jelas dan terukur menjadi kunci kesuksesan dalam merumuskan tujuan pembelajaran yang dapat diukur dan dinilai dengan objektif.

Cara Merumuskan Tujuan Pembelajaran Kurikulum Merdeka

Langkah selanjutnya melibatkan proses penyusunan urutan tujuan pembelajaran, yang akan membentuk struktur pembelajaran yang terorganisir. Urutan ini memberikan arah yang jelas untuk peserta didik, membimbing mereka dari pemahaman dasar hingga pencapaian CP pada penghujung fase pembelajaran. Selanjutnya, akan kami uraikan apa saja yang perlu diperhatikan dalam pembuatan tujuan pembelajaran dalam kurikulum merdeka.

Tujuan Pembelajaran Kurikulum Merdeka Menurut Para Ahli

Menurut Profesor Edukasi Dr. Siti Nurul Azkiyah, tujuan pembelajaran Kurikulum Merdeka berfokus pada pengembangan potensi peserta didik melalui pendekatan yang inklusif. Dengan memberikan kebebasan eksplorasi, kurikulum ini bertujuan untuk menghasilkan individu yang tidak hanya memiliki pengetahuan luas, tetapi juga keterampilan abad ke-21 yang relevan dengan tuntutan global.

Dr. Iwan Sudrajat, menekankan aspek karakter dan nilai moral dalam tujuan pembelajaran Kurikulum Merdeka. Menurutnya, kurikulum ini dirancang untuk membentuk siswa yang memiliki integritas, tanggung jawab, dan sikap kepemimpinan. Dalam pandangannya, tujuan pembelajaran tidak hanya berkaitan dengan pencapaian akademis, tetapi juga membentuk pribadi yang beretika dan berkontribusi positif pada masyarakat.

Dalam memaparkan tujuan pembelajaran Kurikulum Merdeka, Profesor Dr. Budi Setiawan menyoroti urgensi pengembangan kreativitas dan kritis berpikir. Menurutnya, kurikulum ini mendorong siswa untuk menjadi pembelajar yang aktif dan mampu menghadapi perubahan dengan sikap positif.

Secara keseluruhan, para ahli sepakat bahwa tujuan pembelajaran Kurikulum Merdeka tidak hanya mencakup penguasaan materi pelajaran, tetapi juga pengembangan karakter, keterampilan abad ke-21, dan kemampuan beradaptasi dalam segala kondisi di masyarakat.

Komponen Tujuan Pembelajaran Kurikulum Merdeka

Pada era Kurikulum Merdeka, penulisan tujuan pembelajaran menjadi kunci utama dalam mengarahkan proses pendidikan. Penulisan tujuan pembelajaran sebaiknya memuat 2 komponen utama, yaitu kompetensi dan lingkup materi.

1. Kompetensi

Kompetensi menjadi landasan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran peserta didik. Tujuan pembelajaran harus jelas memuat bukti ketercapaian yang perlu dimiliki peserta didik pada akhir pembelajaran. Dengan memahami komponen kompetensi dalam menyusun tujuan pembelajaran, guru dapat memastikan kejelasan tujuan yang hendak dicapai peserta didik.

Guru perlu merinci secara konkret kemampuan apa yang perlu dipahami oleh peserta didik untuk menandakan bahwa ia sudah mencapai kompetensi tertentu. Selain itu, tahapan berpikir yang perlu ditunjukkan peserta didik sebagai indikator keberhasilan kompetensi harus dijabarkan dengan rinci.

Sebagai contoh, guru dapat bertanya, "Secara konkret, bagaimana peserta didik dapat menunjukkan kemampuan mengaplikasikan konsep ini dalam situasi kehidupan sehari-hari?" atau "Tahapan berpikir seperti apa yang harus terlihat pada karya peserta didik untuk menunjukkan pemahaman mendalam terhadap konsep tertentu?"

2. Lingkup Materi

Lingkup materi merupakan komponen tujuan pembelajaran yang memberikan gambaran tentang konten dan konsep utama yang harus dipahami peserta didik pada akhir pembelajaran. Dengan lingkup materi yang jelas, guru dapat memastikan bahwa materi yang diajarkan tidak hanya komprehensif namun juga relevan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik.

Guru dapat merinci pertanyaan seperti, "Konten apa saja yang harus dikuasai peserta didik untuk mencapai pemahaman mendalam terhadap konsep besar yang dijelaskan dalam narasi Capaian Pembelajaran?" 

Selain itu, guru dapat mempertimbangkan penggunaan lingkungan sekitar dan kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai konteks untuk mempelajari konsep tersebut. Sebagai contoh, "Bagaimana proses pengolahan hasil panen dapat diintegrasikan sebagai konteks pembelajaran untuk memahami persamaan linear di tingkat SMA?"

Langkah-Langkah Merumuskan Tujuan Pembelajaran Kurikulum Merdeka

Proses pembelajaran yang efektif tak bisa lepas dari peran pentingnya tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran bukan sekadar gambaran kosong, melainkan suatu panduan yang mendefinisikan pencapaian tiga aspek kompetensi utama: pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, diperlukan pemahaman mendalam terhadap Capaian Pembelajaran (CP), taksonomi bloom, karakteristik materi, fasilitas pembelajaran, dan akhirnya merumuskan tujuan pembelajaran yang menggambarkan pencapaian peserta didik. Berikut langkah-langkahnya:

1. Memahami Capaian Pembelajaran (CP)

Langkah pertama dalam menyusun tujuan pembelajaran adalah memahami secara menyeluruh Capaian Pembelajaran (CP) beserta fasenya. Dalam era Kurikulum Merdeka, taksonomi bloom tetap diakui sebagai alat yang efektif untuk mengukur level kognitif dalam menjabarkan Capaian Pembelajaran.  

Guru perlu teliti dalam menganalisis kompetensi dan lingkup materi yang terkandung dalam CP, mengaitkannya dengan level kognitif pada taksonomi bloom. Analisis ini menjadi kunci untuk menentukan langkah selanjutnya dalam perumusan tujuan pembelajaran.

2. Menganalisis Kompetensi Menggunakan Kata Kerja Operasional Taksonomi Bloom Revisi

Taksonomi Bloom Revisi menjadi landasan penting dalam menguraikan kompetensi dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur. Model ini, yang direvisi oleh Lorin Anderson dan David Krathwohl pada tahun 2001, menawarkan 6 level kognitif, mulai dari Mengingat hingga Menciptakan.

Dalam menghadirkan tujuan pembelajaran, guru harus cermat memilih kata kerja operasional yang sesuai dengan level kognitif yang diinginkan untuk mencapai tujuan tersebut. Pemilihan kata kerja operasional ini menjadi kunci dalam merumuskan tujuan pembelajaran yang konkret dan dapat diukur.

3. Mempertimbangkan Karakteristik Materi

Langkah berikutnya adalah mempertimbangkan karakteristik materi pembelajaran, dan konsep yang akan dipelajari peserta didik. Kesesuaian antara tujuan pembelajaran dengan materi menjadi krusial untuk mencapai hasil pembelajaran yang maksimal.

Misalnya, materi yang bersifat abstrak memerlukan pendekatan praktikum atau visualisasi yang konkret agar peserta didik dapat lebih mudah memahami konsep tersebut. Pemahaman karakteristik materi ini menjadi bagian penting dalam komponen condition dalam tujuan pembelajaran.

4. Mempertimbangkan Fasilitas Pembelajaran

Fasilitas pembelajaran menjadi faktor pendukung utama dalam proses mencapai tujuan pembelajaran. Guru harus kreatif dalam memanfaatkan potensi yang ada di sekolah, terutama jika terdapat keterbatasan fasilitas.

Pemilihan media pembelajaran, baik digital maupun konvensional, harus memperhatikan kondisi fasilitas yang tersedia. Inilah yang menjadi bagian dari komponen condition dalam tujuan pembelajaran. Kreativitas guru dalam memanfaatkan sumber daya yang ada menjadi kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran.

5. Merumuskan Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran menjadi titik akhir dari rangkaian langkah-langkah menyusun tujuan pembelajaran. Rumusan tujuan pembelajaran tidak hanya mencakup pengetahuan, tetapi juga keterampilan dan sikap. 

Dalam merumuskan tujuan, guru perlu memperhatikan komponen ABCD, yaitu Audience, Behavior, Condition, Degree. Meskipun tidak harus selalu urut, tetapi struktur kalimat yang baik dan benar tetap menjadi aspek penting dalam penulisan tujuan pembelajaran.

Contoh Penyusunan Tujuan Pembelajaran Metode ABCD

Contoh Penyusunan Tujuan Pembelajaran Metode ABCD

Dalam merancang proses pembelajaran yang efektif, tujuan pembelajaran menjadi fondasi kunci yang menuntun guru dan siswa menuju pencapaian yang maksimal. Salah satu pendekatan yang membantu merinci dan mengorganisir tujuan pembelajaran adalah menggunakan metode ABCD, yang terdiri dari Audience, Behavior, Condition, dan Degree. Mari kita telusuri lebih dalam langkah-langkah penyusunan tujuan pembelajaran menggunakan metode ABCD.

1. Audience: Menyasar Peserta Didik dengan Jelas

Langkah pertama dalam merumuskan tujuan pembelajaran adalah menentukan audience atau peserta didik yang menjadi fokus. Dengan jelas menyebutkan kelas atau jenis siswa yang dituju memberikan arah yang spesifik. 

Misalnya, "Siswa kelas X" atau menggunakan frasa "Siswa dapat..." untuk menunjukkan target secara eksplisit. Hal ini membantu guru mengarahkan tujuan pembelajaran dengan tepat.

2. Behavior: Menggambarkan Kemampuan yang Teramati

Inti dari tujuan pembelajaran terletak pada kata kerja operasional yang menggambarkan kemampuan yang diinginkan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Kata kerja ini harus komunikatif dan dapat diobservasi secara langsung. 

Menggunakan kata kerja operasional seperti mendefinisikan, mengelompokkan, atau mendemonstrasikan memberikan gambaran yang jelas tentang perilaku yang diharapkan dari siswa. Penting untuk menghindari istilah samar seperti mengetahui dan memahami, dan memilih kata kerja yang lebih spesifik.

3. Conditions: Memperhatikan Konteks dan Kondisi

Conditions atau kondisi menyajikan pernyataan yang menunjukkan konteks atau kondisi ketika siswa menunjukkan kemampuan yang dinilai. Pertanyaannya adalah, apakah siswa dapat menggunakan bantuan referensi, alat tertentu, atau apakah ada batasan tertentu dalam melaksanakan tujuan pembelajaran? 

Misalnya, "Tanpa menggunakan bantuan referensi, siswa dapat menulis esai tentang energi terbarukan minimal 1000 kata." Conditions menjadi penting untuk memberikan konteks nyata pada pencapaian tujuan.

4. Degree: Menentukan Standar atau Kriteria Pencapaian

Unsur terakhir dari tujuan pembelajaran adalah degree, yang menetapkan standar atau kriteria dari perilaku yang akan dinilai. Kriteria ini dapat dinyatakan dalam angka, waktu maksimal, proporsi jawaban benar, atau standar kualitatif seperti "dengan urut." 

Misalnya, "Siswa dapat mengenali bentuk daun dari enam buah daun yang diberikan minimal lima daun." Menentukan degree membantu mengukur tingkat pencapaian siswa dengan lebih jelas.

Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran Kurikulum Merdeka

Pentingnya tujuan pembelajaran tak hanya terletak pada merinci kompetensi kognitif, tetapi juga pada hasil belajar yang mencakup ranah afektif dan psikomotor. Bagi seorang guru yang ingin mengukur pencapaian siswa secara menyeluruh, mencantumkan tujuan pembelajaran untuk ketiga aspek ini menjadi keharusan yang harus dilakukan. 

Sebab, Kita sering menemukan kesalahan-kesalahan dasar di mana guru hanya mencantumkan penilaian untuk satu aspek saja, sementara tujuan pembelajaran yang telah dibuat, tidak hanya mengukur satu aspek (kognitif) tapi juga mengukur aspek efektif dan ranah psikomotor.

Selain itu, tujuan pembelajaran dapat diartikan serangkai kegiatan untuk menghasilkan proses dan produk yang dapat dievaluasi. Sebagai contoh, dalam ranah kognitif, tujuan pembelajaran dapat merangkum baik proses maupun hasil akhir. 

Misalnya, dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), memiliki unsur proses dan produk dalam implementasinya di kelas. Ketika siswa terlibat dalam proses IPA seperti mengamati, mengukur, mengkomunikasikan, mengklasifikasi, memprediksi, dan menginferensi, hasil dari proses tersebut akan menghasilkan pengetahuan baru berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan/atau teori.

Ketika tujuan pembelajaran memasukkan unsur proses dan produk, maka penilaian juga harus sejalan dengan keduanya. Oleh karena itu, terdapat penilaian untuk proses dan produk. 

Penilaian untuk keterampilan proses biasanya menggunakan pendekatan non-tes melalui lembar observasi. Di sisi lain, penilaian produk cenderung menggunakan tes melalui pertanyaan atau tugas tertulis. Perlu dicatat bahwa keterampilan proses termasuk dalam ranah kognitif, bukan psikomotor.

Domain afektif juga bisa dinilai melalui dua pendekatan, baik selama proses pembelajaran maupun setelahnya sebagai produk. Sebagai contoh, seorang guru dapat menilai efektivitas model pembelajaran discovery learning terhadap sikap dan perilaku siswa selama pembelajaran. Observasi ini dapat mencakup sikap positif terhadap materi, guru, ataupun proses pembelajaran. 

Pemantauan domain afektif tidak selalu menggunakan angket, tetapi juga dapat dilakukan melalui lembar observasi dengan memperhatikan indikator sikap positif yang muncul selama pembelajaran. Sementara itu, angket umumnya digunakan untuk mengukur hasil akhir atau produk afektif, yakni setelah proses pembelajaran selesai.

Mengaplikasikan pendekatan dan strategi pembelajaran terstruktur dapat membantu guru mendapatkan gambaran yang lebih holistik tentang pencapaian siswa. Dengan memahami perbedaan dan keterkaitan antara tujuan pembelajaran, penilaian, dan hasil belajar dalam tiga domain, pembelajaran dapat dirancang dengan lebih terfokus dan efektif. Seiring dengan itu, guru dapat memastikan bahwa evaluasi yang dilakukan mencakup seluruh aspek yang diinginkan, memaksimalkan manfaat dari setiap kegiatan di kelas. 

Kesimpulan

Tujuan pembelajaran bukan hanya semata deskripsi, melainkan peta jalan yang jelas mengenai arah yang diinginkan dalam proses belajar-mengajar. Ketiga aspek kompetensi, yang terdiri dari pengetahuan sebagai dasar intelektual, keterampilan sebagai implementasi dari pengetahuan, dan sikap sebagai cermin dari nilai-nilai moral dan sosial, menjadi fondasi kuat bagi perkembangan peserta didik.

Proses penyusunan tujuan pembelajaran tidak sembarangan. Itu dilakukan dengan mempertimbangkan kemungkinan pengumpulan bukti yang dapat diamati dan diukur melalui asesmen. Inilah yang membuat tujuan pembelajaran lebih dari sekadar harapan atau impian; melainkan tujuan yang dapat diukur dan dinilai secara konkret.

Baca Juga:

Dengan adanya fokus pada asesmen, peserta didik dapat dipantau ketercapaiannya atas tujuan pembelajaran tersebut. Asesmen bukan hanya sebagai alat evaluasi, tetapi juga sebagai pemandu dalam memastikan bahwa peserta didik benar-benar meraih dan menguasai setiap aspek yang diamanatkan oleh tujuan pembelajaran. Dalam hal ini, asesmen menjadi jendela transparan yang memberikan gambaran nyata tentang sejauh mana pencapaian tujuan tersebut terjadi.

Muh. Akbar
Muh. Akbar "Live with an attitude of gratitude for the experiences that shape you, and learn with an insatiable hunger for understanding the world and your place in it."