9 Daftar Istilah Baru dalam Kurikulum Merdeka yang Wajib Diketahui Guru!

Daftar Isi

Daftar Istilah Baru dalam Kurikulum Merdeka

Nyero.ID
- Pemahaman terhadap berbagai istilah-istilah baru dalam Kurikulum Merdeka Belajar menjadi sangat penting bagi para guru atau calon guru. 

Hal ini karena pemahaman yang baik akan memungkinkan mereka untuk menjelaskan konsep-konsep tersebut dengan jelas kepada murid dan orang tua, serta menyusun administrasi belajar dengan lebih efektif. 

Dengan memahami istilah-istilah ini, para guru dapat menerapkan praktik-praktik terbaik dalam pembelajaran mereka dan memberikan dukungan yang tepat kepada murid dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. 

Oleh karena itu, penting bagi guru atau calon guru untuk terus meningkatkan pemahaman mereka terhadap Kurikulum Merdeka Belajar dan selalu siap untuk belajar dan beradaptasi dengan perubahan-perubahan dalam dunia pendidikan. 

Berikut beberapa istilah baru dalam Kurikulum Merdeka Belajar yang penting untuk dipahami oleh para pengajar:

1. Kurikulum Operasional di Satuan Pendidikan (KOSP)

Kurikulum Operasional di Satuan Pendidikan (KOSP) merupakan konsep yang terdapat dalam Kerangka Kerja Kurikulum Merdeka Belajar. 

KOSP merangkum semua rancangan proses pembelajaran yang dijalankan di setiap satuan pendidikan sebagai panduan bagi pelaksanaan pembelajaran secara menyeluruh. 

Secara esensial, istilah KOSP ini memiliki makna yang setara dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Dalam praktiknya, KOSP memberikan landasan bagi pengembangan rencana pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan konteks setiap satuan pendidikan.

Ini mencakup berbagai aspek, mulai dari pengorganisasian kurikulum hingga penentuan metode pengajaran, evaluasi, dan pengelolaan pembelajaran secara keseluruhan.

Melalui pendekatan ini, setiap satuan pendidikan diharapkan dapat merancang dan mengimplementasikan kurikulum yang tepat sesuai dengan karakteristik siswa dan lingkungan belajar mereka.

2. Capaian Pembelajaran (CP)

Capaian Pembelajaran merupakan konsep penting dalam Kurikulum Merdeka Belajar yang mengacu pada kompetensi yang harus dikuasai peserta didik di setiap tahap perkembangan. 

Ini mencakup beragam kemampuan dan materi yang dijelaskan secara menyeluruh dalam bentuk naratif.  

Dalam Kurikulum Merdeka Belajar, pendekatan Capaian Pembelajaran ini sejalan dengan Konsep Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam Kurikulum 2013. 

Namun, perbedaannya terletak pada formatnya yang lebih terpadu. 

Capaian Pembelajaran tidak lagi memisahkan aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap seperti yang terdapat dalam KI dan KD. 

Semua aspek tersebut digabungkan dan diintegrasikan dalam satu paragraf, memungkinkan untuk penekanan yang lebih menyeluruh dalam proses pembelajaran.

Pembagian fase dalam CP dapat digambarkan sebagai berikut:

  • Fase A  : Pada umumnya SD/ MI Kelas 1-2
  • Fase B  : Pada umumnya SD/ MI Kelas 3-4
  • Fase C  : Pada umumnya SD/ MI Kelas 5-6
  • Fase D  : Pada umumnya SMP/ MTs Kelas 7-9
  • Fase E  : Pada umumnya SMA/ MA Kelas 10
  • Fase F : Pada umumnya SMA/ MA Kelas 11-12

Untuk SLB CP didasarkan pada usía mental yang ditetapkan berdasarkan hasil asesmen. Pembagian fase dapat digambarkan sebagai berikut:

  • Fase A  : Pada umumnya usía mental (≤7 tahun)
  • Fase B  : Pada umumnya usía mental (±8 tahun)
  • Fase C  : Pada umumnya usia mental (±8 tahun)
  • Fase D  : Pada umumnya usía mental (±9 tahun)
  • Fase E  : Pada umumnya usía mental (±10 tahun)
  • Fase F  : Pada umumnya usía mental (±10 tahun)

3. Alur Tujuan Pembelajaran (ATP)

Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) adalah serangkaian tujuan pembelajaran yang tersusun secara sistematis dan logis dalam suatu fase pembelajaran, dengan tujuan agar murid dapat mencapai Capaian Pembelajaran yang telah ditetapkan.

ATP berperan sebagai pedoman bagi guru dan murid dalam mengarahkan proses pembelajaran menuju pencapaian Capaian Pembelajaran pada akhir fase pembelajaran tertentu. 

Dalam ATP, setiap tujuan pembelajaran disusun secara berurutan sesuai dengan perkembangan materi dan keterampilan yang harus dikuasai oleh murid dari waktu ke waktu.

Guru memiliki kewenangan untuk menyesuaikan ATP sesuai dengan kebutuhan dan konteks pembelajaran di kelas mereka. 

Hal ini memungkinkan guru untuk menyesuaikan alur pembelajaran dengan karakteristik dan tingkat pemahaman murid yang berbeda-beda.

Pemerintah juga menyediakan beberapa contoh ATP yang dapat digunakan langsung oleh guru atau dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing.  

4. Modul Ajar (RPP Plus)

Modul Ajar merupakan salah satu jenis perangkat pembelajaran yang memuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan tujuan membimbing proses pembelajaran menuju pencapaian Capaian Pembelajaran (CP).

Apabila satuan pendidikan memilih untuk menggunakan modul ajar yang disediakan oleh pemerintah, modul tersebut dapat dianggap sebagai versi yang lebih lengkap daripada RPP Plus. 

Hal ini dikarenakan modul ajar tersebut telah menyediakan komponen yang lebih komprehensif dalam mendukung proses pembelajaran.

Di sisi lain, jika satuan pendidikan memutuskan untuk mengembangkan modul ajar secara mandiri, modul tersebut dapat dipadankan dengan RPP. 

Meskipun tidak sekomprehensif modul yang disediakan pemerintah, modul ajar yang dikembangkan secara mandiri tetap memiliki nilai sebagai panduan dalam pelaksanaan pembelajaran.

Satuan pendidikan memiliki fleksibilitas untuk menggunakan berbagai jenis perangkat pembelajaran, termasuk modul ajar atau RPP, sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik murid. 

Modul ajar setidaknya harus mencakup tujuan pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran yang mencakup penggunaan media pembelajaran, asesmen, serta informasi dan referensi belajar lainnya yang dapat mendukung guru dalam proses pembelajaran.

Dalam Kurikulum Merdeka Belajar, terdapat dua model modul ajar yang menjadi fokus utama, yaitu Modul Ajar Umum dan Modul Ajar Khusus Projek Profil Pelajar Pancasila.

a. Modul Ajar Umum

Model ini digunakan untuk proses pembelajaran yang menjadi keharusan bagi semua guru mata pelajaran. 

Modul Ajar Umum menyediakan panduan yang komprehensif untuk mendukung proses pembelajaran yang efektif dan terarah. 

Dalam konteks Kurikulum Merdeka Belajar, terdapat empat istilah baru yang diperkenalkan dalam Modul Ajar Umum:

  • Pemahaman Permakna, berisi informasi tentang manfaat yang akan diperoleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran. Ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada peserta didik tentang relevansi materi yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari atau ke depannya. 
  • Pertanyaan Pemantik, berisi pertanyaan yang dirancang oleh guru untuk memotivasi rasa ingin tahu dan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Tujuannya adalah untuk mendorong peserta didik untuk berpikir lebih dalam tentang materi yang dipelajari serta mengembangkan kemampuan analisis dan sintesis. 
  • Refleksi Peserta Didik dan Guru, berisi proses evaluasi yang dilakukan secara bersama-sama antara peserta didik dan guru untuk melihat kembali proses pembelajaran yang telah dilakukan secara lebih terinci. Melalui refleksi ini, peserta didik dapat mengidentifikasi pencapaian dan kesulitan yang dialami selama pembelajaran, sementara guru dapat mengevaluasi efektivitas metode dan strategi pembelajaran yang telah digunakan. 
  • Glosarium merupakan kumpulan istilah dalam suatu bidang yang disusun secara alfabetik dan dilengkapi dengan definisi serta artinya. Glosarium ini diperlukan untuk kata-kata atau istilah yang memerlukan penjelasan lebih dalam, sehingga membantu peserta didik memahami istilah-istilah yang digunakan dalam pembelajaran.

b. Modul Ajar Khusus  

Model ini dikhususkan untuk mengembangkan projek Profil Pelajar Pancasila, yang bertujuan untuk membentuk karakter dan kompetensi peserta didik berdasarkan nilai-nilai Pancasila. 

Modul ini dirancang secara khusus untuk mendukung implementasi projek tersebut dengan memberikan panduan yang lebih terfokus dan mendalam dalam mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam pembelajaran.

Dengan adanya kedua model modul ajar ini, diharapkan proses pembelajaran dapat lebih terarah dan efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam Kurikulum Merdeka Belajar.

5. Profil Pelajar Pancasila

Profil Pelajar Pancasila mencakup sejumlah kompetensi dan karakter yang diharapkan dimiliki oleh siswa, yang berakar pada nilai-nilai Pancasila yang mulia. 

Ada enam dimensi Profil Pelajar Pancasila yang harus dimiliki peserta didik, yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.

Profil pelajar ini dapat diterapkan di sekolah dalam empat kegiatan yaitu: budaya sekolah, ekstrakurikuler, intrakurikuler, dan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) adalah kegiatan diselenggarakan oleh satuan pendidikan di bawah naungan Kemendikbud.

Lalu Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin (P5PPRA) adalah istilah kegiatan diselenggarakan oleh satuan pendidikan di bawah Kemenag.

Manfaat dari Projek ini tidak hanya terbatas pada sekolah, tetapi juga memberikan dampak positif bagi guru dan siswa. 

Bagi sekolah, projek ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap lingkungan dan masyarakat sekitarnya. 

Guru diharapkan dapat meningkatkan kolaborasi antar sesama guru untuk memperkaya pengalaman pembelajaran. 

Sementara bagi siswa, diharapkan dapat mengembangkan kompetensi dan karakter sesuai dengan profil pelajar yang diinginkan.

Melalui kegiatan Projek ini, diharapkan dapat mengidentifikasi kesiapan sekolah, memetakan dimensi dan tema yang relevan, mengatur alokasi waktu, menyusun modul proyek, serta merancang strategi pelaporan proyek untuk mendukung pembelajaran yang lebih efektif dan bermakna.

6. Satuan Pendidikan Kerja

Satuan Pendidikan Kerja (SPK) adalah salah satu program pelatihan kerja yang tersedia dalam Kerangka Kurikulum Merdeka Belajar. 

Tujuan utama dari program ini adalah untuk memberikan siswa keterampilan praktis yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja.

Melalui program SPK, siswa akan diberikan kesempatan untuk mempelajari keterampilan dan pekerjaan yang mereka minati atau yang sesuai dengan minat dan bakat mereka. 

Mereka akan terlibat dalam serangkaian pelatihan yang dirancang khusus untuk membantu mereka mencapai tujuan karir mereka.

Pelatihan dalam SPK dapat mencakup berbagai keterampilan, mulai dari keterampilan teknis seperti pengelasan atau pembuatan perangkat lunak, hingga keterampilan soft skills seperti komunikasi interpersonal dan kepemimpinan. 

Selain itu, program ini juga dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang dunia kerja, termasuk etika kerja, kewirausahaan, dan persiapan untuk memasuki pasar kerja yang kompetitif.

7. Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP)

Dalam Kurikulum Merdeka Belajar, istilah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) telah digantikan dengan Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP). 

Perubahan ini mengarah pada pendekatan yang lebih holistik dalam menilai pencapaian siswa terhadap tujuan pembelajaran.

KKTP memiliki fungsi utama sebagai alat bagi guru untuk merefleksikan proses pembelajaran dan mengevaluasi tingkat penguasaan kompetensi oleh siswa. 

Dengan menggunakan KKTP, guru dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang kemajuan belajar siswa serta identifikasi area-area yang memerlukan perbaikan atau penyesuaian dalam proses pembelajaran.

8. Teaching at the Right Level (TaRL)

Teaching at the Right Level (TaRL) adalah pendekatan pengajaran yang menempatkan fokus pada kebutuhan individual setiap siswa, bukan hanya sekadar mengikuti tingkat kelas yang telah ditetapkan.

Dengan memahami bahwa setiap siswa memiliki tingkat kesiapan belajar yang berbeda, pendekatan ini menekankan pentingnya mempersonalisasi pengajaran untuk memenuhi kebutuhan unik masing-masing siswa.

Tujuan utama dari pendekatan TaRL adalah memastikan bahwa setiap siswa memiliki akses yang sama terhadap kesempatan belajar yang berkualitas. 

Hal ini berarti tidak hanya mengejar pencapaian tujuan pembelajaran secara umum, tetapi juga memberikan perhatian khusus untuk memastikan bahwa setiap siswa benar-benar memahami materi yang diajarkan. 

9. Pembelajaran berdiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pendekatan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan belajar yang beragam dari setiap siswa di dalam kelas. 

Pendekatan ini mengakui bahwa setiap siswa memiliki gaya belajar, kebutuhan, dan tingkat pemahaman yang berbeda, sehingga memerlukan strategi pembelajaran yang disesuaikan.

Dalam pembelajaran berdiferensiasi, guru menggunakan berbagai metode, materi, dan penilaian yang disesuaikan dengan kebutuhan individu siswa. 

Hal ini bisa berarti memberikan tugas yang berbeda-beda, penggunaan beragam materi pembelajaran, atau memberikan dukungan tambahan bagi siswa yang membutuhkannya. 

Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa setiap siswa dapat belajar dengan efektif sesuai dengan tingkat kemampuannya masing-masing.  

Baca Juga:

Semua istilah baru kurikulum Merdeka ini menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Semoga bermanfaat

Muh. Akbar
Muh. Akbar "Live with an attitude of gratitude for the experiences that shape you, and learn with an insatiable hunger for understanding the world and your place in it."